RH Sabtu, 16 Oktober 2010

BIJAK MENGELOLA KONFLIK (1 Korintus 1: 10-17)

Konflik berasal dari kata Latin, confligere, yang berarti percikan atau bunga api akibat gesekan. Konflik itu netral. Yang menjadikannya positif atau negatif adalah penanganannya. Konflik tidak pandang bulu. Ia bisa berada di mana saja ada interaksi. Termasuk di kalangan umat kristiani. Situasi jemaat Korintus adalah buktinya. Ada perselisihan, bahkan perpecahan di dalam jemaat. Penyebabnya adalah kekaguman yang berlebihan pada para tokoh. Ada kelompok yang mendukung bahkan memuja Paulus, ada yang memuja Apolos, dan juga Petrus. Bahkan, ada pula yang menyebut diri sebagai kelompok Kristus! Terhadap hal ini, Paulus dengan tegas menegor jemaat di Korintus. Paulus hendak menempatkan kekaguman yang berlebihan ini pada porsi yang wajar, yang tidak boleh melampaui batas kebenaran, yakni bahwa iman kepada Yesus Kristus adalah dasar gereja (1 Kor. 3:11). Dalam hidup kita sebagai orang kristiani dan serta dalam persekutuan orang percaya, tak ada satu pun yang bebas konflik. Apabila Kristus tertutupi oleh karisma dan kekaguman pada seseorang, bunga api konflik bisa menjadi api yang berbahaya. Namun, jangan takut pada konflik. Sebab apabila Kristus, yang menjadi pusat hidup kita, maka segala konflik pasti dapat diatasi.