Ringkasan khotbah Minggu, 03 Oktober 2010

TEKAD UNTUK HIDUP BENAR
(2 Raja-raja 23: 25)

Ada seorang raja yang bernama Raja Yosia. Ia tidak begitu dikenal dan tidak sering kita dengar, seperti Raja Daud, Raja Salomo. Tetapi kehidupan Raja Yosia tidak bisa diremehkan. Ada yang menarik dari Raja Yosia untuk kita pelajari bersama, yaitu:

1. Hidupnya berkenan di mata Tuhan (2 Raj. 22: 1-2). Raja Yosia selama menjadi raja (31 tahun) melakukan yang benar di mata Tuhan seperti Daud dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Sekalipun ia memiliki latar belakang keluarga yang hidupnya tidak berkenan kepada Tuhan (ayah dan kekeknya), tetapi ia tetap menjaga hidupnya berkenan kepada Tuhan (2 Raj. 21: 19, 21-22).
2. Dibesarkan di lingkungan yang sangat buruk. Yosia hidup di sebuah lingkungan yang setiap harinya menyembah kepada Baal (penyembahan berhala yang menyakiti hati Tuhan). Ada pepatah mengatakan,”buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, Atau apa yang dilakukan bapa sama dengan yang dilakukan anaknya (like Father like son), tetapi pepatah itu dipatahkan oleh Yosia artinya ini tidak berlaku, yaitu apa yang dilakukan orang tua tidak sama dengan anaknya.
3. Ia memilih untuk hidup benar di hadapan Tuhan. Melihat keadaan sesungguhnya ternyata Yosia memilih hidup benar di hadapan Tuhan dengan takut kepada Tuhan dan hidup kudus di hadapan Tuhan. Bagi Yosia tidak ada alasan untuk tidak hidup kudus dan tidak ada alasan keadaan (keluarga dan ekonomi) menjadi kambing hitam untuk mendukakan hati Tuhan. Seringkali orang beralasan apa yang sudah dilakukannya semua karena orang tua atau orang lain atau lingkungan seperti, berbohong, mencuri, korupsi itu semua karenanya. Yosia hidup benar tidak bergantung pada siapa-siapa, tetapi pilihan Yosia sendiri. Masa depan kita tidak bergantung pada apa-apa, melainkan pada hidup benar di mata Tuhan, jadi apa yang kau pilih itu menentukan takdirmu di waktu yang akan datang.

Marilah kita sebagai orang Kristen sekarang sungguh-sungguh dengan Tuhan. Jangan lagi mau diombang-ambingkan oleh arus dunia ini. Jadilah seperti ikan kecil, sekalipun kecil ia tetap melawan arus, artinya orang tidak boleh terpengaruh oleh keadaan, sekalipun keadaan tidak mendukung, kita tetap hidup berkenan, memilih hidup benar di hadapan-Nya. Amin

By: Pdt. Henoch Wilianto - 03 Oktober 2010