RH Jumat, 26 November 2010

MEMBERI TANPA PAMRIH (Lukas 6: 34-36)

Di sebuah lembah sebelah utara pegunungan Alpen, Jerman, ada sebuah biara terkenal, namanya Maulbronn. Sejarah panjangnya bisa ditelusuri sejak tahun 1147. Pada 1993, oleh UNESCO tempat tersebut diangkat sebagai salah satu warisan budaya dunia. Salah satu yang terkenal dari biara ini adalah sebuah mata air yang keluar dari sisi sebuah bukit. Aliran air tersebut dialirkan melalui sebatang pohon yang sudah terlebih dahulu dikosongkan, sehingga berbentuk pipa. Batangan pohon tersebut bersambung dengan batangan pohon lain. Begitu seterusnya. Derasnya aliran air membuat suara gemericik air menjadi salah satu atraksi tersendiri di sana. Di samping rangkaian batang pohon itu terdapat sebuah tulisan dalam bahasa Jerman, yang artinya: "Jika ada orang yang datang dan meminum air ini, apakah mereka akan berterima kasih? Tetapi, tidak apa-apa, bagaimanapun saya akan terus mengalir dan bergemericik. Betapa indah dan sederhananya hidup saya: saya memberi dan terus memberi." Berbuat baik kepada sesama tanpa memperhitungkan balas jasa atau pun ucapan terima kasih adalah salah satu aspek dari kemurahan hati. Tuhan ingin kita, para pengikut-Nya, mempunyai kualitas hidup "lebih" dari yang biasa. Maka, perlu kita bercermin kepada kemurahan hati Bapa; yang memberi tanpa pamrih, berbagi tanpa syarat.