ARTIKEL

HIDUP DALAM KRISTUS

"Suatu kejadian aneh sering terjadi dalam salah satu perjalanan ke luar angkasa," tulis San Diego Union (19 Mei 1979). "Setelah itu, beberapa astronot terus membicarakannya." Frank Borman mengatakan bahwa kejadian itu adalah "tujuan akhir dalam pengalaman rohani saya". Rusty Schweickart berkata, "Saya tidak lagi menjadi orang yang sama." James Irwin menimpali, "Saya ingin memberitahu orang banyak tentang ... pesan dari Tuhan Yesus."
Beberapa dari kita dapat pergi ke bulan, tetapi kita perlu mundur, menganggap seolah-olah kita berada di luar diri kita dan mendapatkan pandangan kekekalan tentang diri kita sendiri sebagai orang Kristen. Demikian juga kita perlu menjauhkan diri dari kesibukan kita sehari-hari dan melihat hidup kita secara keseluruhan dan mengetahui apa sebenarnya arti hidup di dalam Kristus.
Ketika Rasul Paulus menulis suratnya, dia sering menggunakan kata "dalam Kristus", yang membuat kita berpikir bahwa pencetak masa itu pastilah sering sekali mencetak kata "dalam". Dari sembilan surat-suratnya kepada berbagai jemaat, enam di antaranya menyebutkan jemaat yang hidup "dalam Kristus". Tak peduli apakah mereka jemaat di Korintus yang lemah dan memikirkan hal-hal duniawi atau jemaat di Filipi yang kuat dan dewasa imannya -- apa pun kondisi iman mereka, Paulus mengatakan bahwa mereka berada di dalam Kristus. Tidak peduli betapa baiknya kita, jika kita adalah orang percaya..., kita harus ada di "dalam Dia".
Tahukah kita betapa pentingnya posisi kita sebenarnya di dalam Kristus? Sadarkah kita betapa radikalnya pribadi kita yang telah diperbaharui sebagai hasil hidup dalam Kristus? "Jadi, siapa yang ada 'di dalam Kristus', ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). "Keberadaan kita di dalam Dia telah mengubah diri kita dan telah mengubah segala sesuatu yang berhubungan dengan kita."
"Yang lama telah berlalu". Pikirkanlah pernyataan ini. Di mata Allah -dan lebih dari yang kita bayangkan - karakter lama yang ingin kita ubah adalah cerita lama; tujuan lama kita yang tidak berharga telah pergi; kecerobohan dan keegoisan kita telah dibuang; sekarang dan selamanya kita berada di DALAM KRISTUS.
"Yang baru sudah datang". Cobalah untuk menganalisa menurut kacamata Allah yang kita miliki tentang hidup kita yang diperbarui, kebaikan yang baru, kendali yang baru, hikmat baru, belas kasihan yang baru, pandangan iman baru yang dibentuk dan diproses untuk jadi sempurna -- semuanya dapat terjadi karena kita ada di DALAM KRISTUS.



HATI ALLAH SEPANJANG MASA

Jika seseorang ingin menyenangkan hati orang yang dikasihinya, maka ia akan berupaya untuk mengetahui apa yang ada di dalam hati sang kekasih dan dengan berbagai upaya memenuhi keinginan hatinya itu. Demikian halnya dengan sikap kita terhadap Allah, bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu yang ada di dalam hati Allah? Bahkan, di dalam hati-Nya yang terdalam dan terpendam sepanjang masa? Ada tiga cara untuk mengetahui bahwa sesuatu itu ada, bahkan terpendam di dalam hati Allah sepanjang masa. Pertama, sesuatu itu haruslah telah ada di hati-Nya sejak lama. Sesuatu itu bukanlah hal yang baru muncul di hati-Nya dan dengan sekejap sirna, seperti Coca-cola atau 7-Up.
Kedua, untuk memenuhi atau menggenapkan sesuatu itu, maka Dia haruslah rela membayar harga yang sangat besar. Jika seorang pemuda rajin bekerja agar dapat menabung demi memperoleh sebuah rumah, maka kita tahu bahwa dia benar-benar membutuhkan rumah. Dari kerajinannya, kita tahu bahwa rumah itu ada di dalam hatinya.
Ketiga, ketika saat-saat penggenapan itu sedang berlangsung, maka sesuatu itu tetap harus diperoleh sekalipun harus menghadapi faktor kesulitan yang sangat tinggi (super sulit). Sekalipun edelweis itu ada di pegunungan, tapi jika itu ada di dalam hati kekasih Anda, tentu Anda tetap berupaya memperolehnya, bukan?
Lalu pertanyaannya, hal apakah yang sungguh-sungguh merupakan isi hati Allah? Untuk dapat menemukan jawabannya, tentu ketiga hal di atas harus dapat dijadikan ukurannya. Dan dengan menggunakan ketiga hal tersebut, maka jawabannya adalah: Misi! Ya, hati Allah adalah misi. Mengapa "misi"? Misi berarti pengabaran Injil secara lintas budaya. Pengabaran Injil itu sendiri berarti menyampaikan pribadi dan karya Yesus Kristus kepada orang lain. Itu berarti Yesus harus hadir dahulu di atas muka bumi ini jika kita ingin dapat menceritakan-Nya kepada orang lain.
Sejak lama, kehadiran Yesus di atas bumi itu sendiri tidak terjadi secara instan atau seketika, melainkan sudah direncanakan "jauh-jauh" hari sebelumnya, yaitu sejak Kejadian 3:15. Bahkan sebelum ayat itu diucapkan-Nya, yaitu sejak Allah mulai memikirkannya "di dalam hati-Nya". Ayat itu berbunyi, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kejadian 3:15). Kemudian ayat tersebut digenapi dalam Yohanes 3:16. Dengan demikian, "misi" memenuhi kriteria pertama sudah ada di dalam hati Allah sejak lama, kurang lebih empat ribu tahun sebelum kelahiran Kristus.