ARTIKEL

100% - SAYA KERJAKAN

Bila kita sebagai umat Kristiani menggunakan kemampuan yang terpendam di dalam diri kita dan mengamalkan semua talenta dan karunia yang telah Tuhan anugerahkan pada kita bagi Tuhan dan sesama, betapa besar perubahan yang akan terjadi di dunia ini. Tuhan tidak menghendaki setiap kita gagal. Tuhan menghendaki kita menjadi terang dan garam dunia untuk orang-orang di sekitar kita. Elbert Hubbard, seorang yang sangat sukses, menjelaskan bahwa orang yang sukses adalah mereka yang mencoba, bukan mengeluh; yang bekerja, bukan mangkir; yang bertanggung jawab, bukan mengelak; yang mau menanggung beban, bukan yang berdiri diam; yang menatap ke depan; yang memberi nasehat. Charles Kingsley berkata: "Orang yang berhasil hidupnya adalah mereka yang selalu ceria dan berpengharapan, yang melakukan pekerjaannya dengan senyum di wajahnya, bersikap sama dalam menghadapi kesempatan dan kesempitan." Jenjang keberhasilan adalah: 0% - Saya tidak mau; 10% - Saya tidak dapat; 20% - Saya tidak tahu harus bagaimana; 30% - Saya harap saya bisa; 40%- Apakah ini? 50% - Saya pikir saya mungkin bisa; 60% - Saya mungkin bisa; 70% - Saya pikir saya dapat; 80% - Saya dapat; 90% - Saya mau; 100% - Saya kerjakan;
Orang bilang bahwa untuk sukses 10% adalah gagasan dan 90% usaha. Bersama memberi 100% yaitu "Saya kerjakan". Kita mengeluh bahwa kita tidak mempunyai talenta dan kesempatan pada saat dimana ketekunan dan konsentrasi yang diperlukan. "Gunakan talenta yang Anda miliki; hutan akan sepi bila tidak ada burung yang bernyanyi selain yang nyayiannya terbaik," kata Henry Van Dyke. Burung-burung tidak kuatir tentang siapa yang nyanyiannya terbaik; mereka lakukan apa yang wajar mereka lakukan. Daripada membanding-bandingkan dengan talenta orang lain, marilah kita berterima kasih pada Tuhan untuk apapun yang kita miliki dan menggunakannya, karena jika tidak, kita akan menjadi orang yang tak berdaya.
"Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya." (Matius
25:15)

Patricia Erwin Nordman, Walking through the Darkness

Semenit Saja

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke Gereja untuk disumbangkan; namun betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama limabelas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di Gereja lebih lama sedikit daripada biasa.
Betapa sulitnya untuk membaca satu ayat Firman Tuhan tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di kursi paling belakang ketika berada di gereja.

Betapa mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 3 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya menyediakan waktu untuk ibadah; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Alkitab; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran, namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Alkitab.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

Sediakanlah waktu anda barang semenit saja untuk merenungkan betapa besar kasih Allah yang sudah Dia berikan pada kita.