KOTBAH

KARAKTER DISIPLIN
(1 Korintus 9:24-27)

Berbicara mengenai pemimpin tidak akan lepas dari berbicara mengenai pengaruh. Setiap orang dapat mempengaruhi orang lain. Menurut John Maxwell, orang dapat membangun pengaruh melalui 5 hal, yaitu: kedudukan, hubungan, hasil, karisma dan karakter. Dari kelima hal tersebut hanya satu yang dapat membuat pengaruh tetap bertahan, yakni karakter. Sedangkan yang lainnya memberikan pengaruh dengan ada batasnya.

Karakter dapat terbentuk sesuai dengan seberapa kita mendisiplin diri. Kita dapat saja ditolak oleh semua orang, apabila kita tidak membangun karakter disiplin. Menurut firman Tuhan ada 2 pilar dalam membangun karakter disiplin, yaitu melatih dan menguasainya. Dalam menjelaskan kedua pilar ini, Rasul Paulus menggunakan perumpamaan tentang seorang olahragawan. Seorang olahragawan harus dapat menguasai dirinya dalam segala hal dan melatih tubuhnya.

Melatih diri, adalah usaha keras untuk membangun suatu kebiasaan baru sehingga menjadi respon otomatis dari manusia baru (1 Tim 4:3). Menguasai diri, adalah melumpuhkan pengaruh dosa atau manusia lama yang membawa kerusakan hidup (I Pet 1:14). Ada 4 variabel disiplin, yaitu:
· Tidak melatih dan tidak menguasai: Duniawi.
· Melatih tapi tidak menguasai: Kristen duniawi.
· Tidak melatih tapi menguasai: Kristen Pertapa.
· Melatih dan menguasai diri: Kristen dewasa.

Menurut John Maxwell, tempat untuk melatih disiplin, adalah pikiran, perasaan dan tindakan yang didisiplinkan. Kita dapat mempraktekkan disiplin karakter dengan mendisiplin lidah kita. Penyakit yang dapat menghancurkan gereja adalah lidah kita. Lidah kita harus didisiplin dengan melatih lidah kita untuk mengucapkan perkataan-perkataan yang membangun dan menguasai lidah kita untuk tidak mengatakan perkataan-perkataan yang negatif atau tidak membangun. Kalau kita dapat menguasai lidah dengan baik maka 90% masalah gereja dapat selesai. Milikilah karakter disiplin, jika kita mau memperoleh kemenangan dan pengaruh yang kita berikan tidak menjadi pudar atau hilang karena waktu. Amin

By: Pdt. Hengky Setiawan - Minggu, 26 Oktober 2008