KALAU BUTUH (Yeremia 2: 26-37)
Seorang pemuda yang sedang bersekolah di luar negeri sudah lama tidak memedulikan orangtuanya. Bahkan, ketika ibunya sakit atau ketika ayahnya stres berat, ia tidak menghubungi orangtuanya, meski saudara-saudaranya sudah mengingatkannya. Hingga suatu hari, pemuda tersebut mengalami masalah keuangan. Ia pun menelepon orangtuanya, merayu-rayu, kemudian meminta uang. Kita semua tentu tidak mau punya anak yang bersikap demikian. Demikian juga Allah tidak mau umat-Nya bersikap demikian kepada-Nya. Dia sedih ketika umat-Nya mendekat kepada-Nya hanya ketika sedang membutuhkan pertolongan-Nya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga terbiasa mendekat kepada-Nya hanya ketika kita memerlukan pertolongan-Nya? Ketika kita melupakan-Nya saat hidup berlangsung nyaman; dan hanya datang kepada-Nya ketika kita susah, sesungguhnya kita sedang melukai hati-Nya. Kita tidak bersikap sebagai umat yang menghargai Tuhan yang berkuasa dan terlibat dalam seluruh hidup kita. Kita tak menjadikan-Nya pusat hidup, di mana di luar Dia kita tak dapat berbuat apa-apa. Maka, penting sekali kita sadar bahwa apa pun kondisi kita, kita tetap melekat kepada-Nya; bersyukur atas setiap hal baik yang kita terima; pasrah meski tengah menderita.
Seorang pemuda yang sedang bersekolah di luar negeri sudah lama tidak memedulikan orangtuanya. Bahkan, ketika ibunya sakit atau ketika ayahnya stres berat, ia tidak menghubungi orangtuanya, meski saudara-saudaranya sudah mengingatkannya. Hingga suatu hari, pemuda tersebut mengalami masalah keuangan. Ia pun menelepon orangtuanya, merayu-rayu, kemudian meminta uang. Kita semua tentu tidak mau punya anak yang bersikap demikian. Demikian juga Allah tidak mau umat-Nya bersikap demikian kepada-Nya. Dia sedih ketika umat-Nya mendekat kepada-Nya hanya ketika sedang membutuhkan pertolongan-Nya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga terbiasa mendekat kepada-Nya hanya ketika kita memerlukan pertolongan-Nya? Ketika kita melupakan-Nya saat hidup berlangsung nyaman; dan hanya datang kepada-Nya ketika kita susah, sesungguhnya kita sedang melukai hati-Nya. Kita tidak bersikap sebagai umat yang menghargai Tuhan yang berkuasa dan terlibat dalam seluruh hidup kita. Kita tak menjadikan-Nya pusat hidup, di mana di luar Dia kita tak dapat berbuat apa-apa. Maka, penting sekali kita sadar bahwa apa pun kondisi kita, kita tetap melekat kepada-Nya; bersyukur atas setiap hal baik yang kita terima; pasrah meski tengah menderita.