RH Kamis, 17 Februari 2011

LEMAH LEMBUT (1 Tesalonika 2: 1-8)

“Kalau kamu tidak bertobat, tinggalkan rumah ini!" seru Pendeta Joe pada Tim, anaknya, yang terlibat pergaulan bebas. Tim langsung minggat. Menyewa indekos. Suatu malam ayahnya ditelepon seseorang. "Anakmu ada di penjara. Ia terlibat perdagangan narkoba!" Segera sang ayah mencarinya di penjara, tetapi anaknya tidak ada di situ. Ternyata berita telepon itu salah sambung. Maka, Joe berusaha mencari tempat kos Tim. Menjelang subuh baru ketemu. Anaknya itu sedang tidur. Ia masuk ke kamarnya, berlutut dan memeluknya, lalu berkata: "Tim, kamu baik-baik saja, kan? Ayah sayang padamu!" Ketika Tim melihat kelemahlembutan ayahnya, hatinya pun tersentuh. Ia pun pulang dan bertobat.

Kelemahlembutan kadang dipandang sebagai kelemahan. Orang lebih suka bersikap keras untuk menunjukkan kuasa dan wibawa. Padahal kelemahlembutan lebih ampuh! Apakah Anda dikenal sebagai orang yang kasar atau lemah lembut? Suka memotong pembicaraan atau membiarkan orang lain berbicara? Pemarah atau mudah mengalah? Jika Anda mau dihormati, terapkan kelemahlembutan.