ARTIKEL

6 PERTANYAAN

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya... Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan... Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???" Murid-muridnya ada yang menjawab... "orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya"... Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar... Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian"... Sebab kematian adalah PASTI adanya.....
Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua, "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???" Murid-muridnya ada yang menjawab... "negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang"... Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar... Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"... Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu... Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan datang..
Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga, "Apa yang paling besar di dunia ini...???" Murid-muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", dan "matahari"... Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ... Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"... Banyak manusia menjadi celaka karena menuruti hawa nafsunya... Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu... Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka...
Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini...???" Di antara muridnya ada yang menjawab... "baja", "besi", dan "gajah "... "Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru .. tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini...???" Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan"... "Semua itu benar...", kata Sang Guru... tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...
Lalu pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini...???" Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!!!" "(hampir) Benar...", kata Sang Guru tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"... Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan melukai perasaan saudaranya sendiri...
Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN... senantiasa belajar dari MASA LALU ... dan tidak menuruti NAFSU??? Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun... dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH.... serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita???



TUHAN BENCI KEMUNAFIKAN

Kemunafikan sudah ada sejak zaman Tuhan Yesus berada di dunia ini, bahkan seringkali orang-orang yang munafik adalah mereka yang mengetahui firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang suka mengecam kesalahan orang lain, padahal dirinya sendiri lebih berbuat salah. Oleh sebab itu, kita tidak terlalu terkejut jika tahu di zaman inipun banyak orang yang munafik. Bahkan lebih parah lagi, tidak sedikit juga di gereja terdapat orang-orang seperti ini. Orang yang seperti ini lebih pintar dan jeli mencari-cari kesalahan orang lain. Seperti kata pepatah: Gajah dipelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak.
Orang yang demikian ini dengan gampang menilai orang menurut pendapatnya sendiri. Contoh; ada orang yang mengatakan kejatuhan Petrus dalam dosa penyangkalan karena kecongkakannya. Tuduhan yang demikian ini tidak tepat. Memang Petrus mengatakan: Biarpun mereka semua terguncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak (Mat.26:33). Petrus sama sekali tidak congkak, ucapan Petrus ini dikarenakan suatu tekad yang terdorong oleh kasih yang besar kepada Yesus. Tuhan Yesus tahu benar motivasi Petrus; oleh karena itu Tuhan Yesus tidak pernah marah atas kegagalan Petrus menepati apa yang telah diucapkannya sendiri. Memang Petrus telah gagal menguasai dirinya sendiri, tetapi Petrus bukan seorang yang munafik.
Ucapan Petrus itu diiringi iman yang besar. Buktinya setelah Petrus menyesal dari dosanya itu dan setelah dipenuhi Roh Kudus, Petrus melakukan perbuatan-perbuatan besar untuk memuliakan Allah. Dia bahkan sama sekali tidak takut mati, dan dalam pelayanannya, Petrus mengalami banyak penderitaan. Banyak mujizat terjadi, sampai-sampai bayangan Petrus pun dapat menyembuhkan orang.
Bagi kita yang hidup di zaman ini, Alkitab sudah memberikan banyak nasihat supaya kita tidak sembarangan menuduh orang lain tidak benar, tanpa menyelidiki lebih dulu apakah tuduhan itu benar atau tidak. Sebab jika tuduhan itu tidak benar, maka tuduhan itu merupakan suatu tikaman atau pembunuhan terhadap orang yang kita tuduh itu. Sebaliknya bila tuduhan itu benar, juga tidak sepantasnya kita menghakiminya. Adalah sangat baik bila kita dengan kasih menasihati dia supaya dia sadar dan berbalik dari kesalahannya. Bukankah setiap kali kita bisa terpeleset dan jatuh ke dalam dosa? Tetapi jika orang insaf dan berusaha bangkit dari kejatuhannya, kita harus menghargai dan menopang dia.

Penghakiman adalah hak Allah bukan hak kita