ARTIKEL

KASIH DAN DISIPLIN

Kasih bukanlah serba boleh. Kasih yang sejati tahu batas-batas dan tidak akan berbuat jahat. Jika kita manusia yang hidup dalam kasih, melayani Allah yang diri-Nya adalah kasih, maka kasih Allah yang ada dalam diri kita akan menciptakan perilaku yang terkendali. Kasih membatasi perilaku. Kasih kepada Allah membatasi perbuatan jahat. Disiplin diri kita sebagai orang percaya lahir dari kasih kita kepada Allah. Kita mempelajari Firman Allah dengan berdisiplin karena kita mengasihi Allah. Demikian juga, kita berdisiplin melakukan hal-hal rohani karena kita mengasihi diri kita dan menghendaki jiwa dan raga yang sehat, bukan karena kita membenci diri kita.

Dalam kehidupan rumah tangga Kristen, sebagai wujud nyata dari kasih dan disiplin di dalam keluarga, ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan dan ada yang tidak. Kasih kepada keluarga bermula antara suami dan istri dan kepada anak-anak mereka. Seorang suami mengasihi isterinya dan keluarganya sebagaimana Kristus mengasihi gereja-Nya (Efesus 5:25). Kita mendidik anak-anak berdisiplin karena kita mengasihi mereka, bukan karena kita marah kepada mereka. Sebagaimana Allah mengasihi kita, maka kita pun harus mengasihi anak-anak yang dipercayakan-Nya kepada pemeliharaan kita.
Orang tua yang saleh mendisiplinkan selera atau hawa nafsu anak mereka untuk mengenyam kenikmatan bukan karena mereka tidak menyukai apa yang dilakukan anak mereka, melainkan karena kasih kepada anak mereka. Ingatkah saudara, dengan peristiwa di taman Eden?

Allah mencegah atau melarang Adam memetik buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat bukan dengan tujuan untuk menghilangkan sukacita dari hatinya, melainkan untuk menjaganya dari pembinasaan diri. Inilah salah satu bentuk disiplin yang Allah terapkan kepada Adam. Kehendak Allah bukanlah kesengsaraan Adam melainkan kesejahteraannya. Demikian juga, Allah telah meminta kita agar melawan segala keinginan dunia dan membuang segala kesenangannya bukan dengan tujuan untuk mengekang kebahagiaan kita melainkan agar kita hidup dan tidak mati. Ada kesenangan atau kenikmatan dalam dosa, tetapi hanya berlangsung sesaat (Ibrani 11:25). Sesudah itu timbullah akibat-akibat yang dapat berlangsung seumur hidup atau bahkan selama-lamanya.

Jangan membiarkan keluarga anda hancur, karena tidak adanya disiplin dalam anda mengasihi. Kasih yang disertai dengan disiplin akan membawa keluarga anda kepada kebahagiaan yang sejati di dalam Kristus Tuhan.

Perkataan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Setiap kata yang kita ucapkan kemarin dapat menyebabkan hidup kita pada hari ini. Kata-kata yang kita dengar pada pagi hari akan tetap berkesan dihati kita sepanjang hari itu. Dari mulut seseorang keluar perkataan yang mengandung berkat, dari mulut yang sama juga keluar perkataan yang mendatangkan kutuk (Yakobus 3:10). Melalui perkataan seseorang dibenarkan dan dari perkataannya sendiri ia juga dihukum (Matius 12:37), karena ia mendapatkan apa yang ia katakan. Hal ini sesuai dengan apa yang di ucapkan oleh Yesus di dalam Markus11:23: “…Apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.”

Kata-kata nampaknya begitu kecil dan tiada arti bagi sebagian orang, seringkali kita bahkan tidak memperhatikannya sama sekali. Kata-kata yang diucapkan seseorang seringkali bersifat negatif dan tidak bermakna, yang pada akhirnya menciptakan suasana yang tidak baik. Misalkan anda masuk ke dalam suatu ruangan dimana orang sedang menggoreng ikan, maka seluruh udara dalam ruangan itu akan penuh dengan bau ikan. Masuklah juga ke dalam suatu ruangan dimana terdengar kata-kata kasar, kotor, kebohongan, maka seluruh suasana dalam ruangan itu pun penuh dengan tekanan batin.

Udara terasa berat dan sarat dengan suasana yang menegangkan. Akan tetapi sebuah kata yang manis didengar, lemah lembut, yang indah, yang mengandung nilai-nilai kebenaran, kata-kata Firman yang memiliki kekuatan, pengaruh, ucapkanlah semuanya itu dengan penuh keyakinan dan cinta kasih, maka suasana dalam ruangan pun penuh dengan damai sejahterah. Demikianlah perkataan yang diucapkan seseorang, begitu dalam artinya atau tidak berarti sama sekali; begitu besar pengaruhnya atau tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Karena kita diciptakan menurut gambar Allah, maka sama seperti setiap Firman Allah bagi-Nya, demikianlah seharusnya perkataan kita bagi diri kita. Kebenaran-Nya ada dalam setiap Firman-Nya, demikian juga seharusnya kita. Kebenaran-kebenaran yang sama menyangkut Firman Allah berlaku untuk perkataan kita, karena itu awasilah setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Seperti Daud dalam mazmurnya ia berkata: ”awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku!” Gbu.