RH Jumat 22 Januari 2010

Jumat, 22 Januari 2010
Lewat Batas (1 Samuel 2: 12-17) Seorang pekerja asing mengaku kaget waktu pertama kali datang ke Jakarta. Ia melihat banyak iklan rokok bertebaran di bandara maupun jalan-jalan raya. Padahal, di hampir 170 negara di dunia, pemasangan iklan rokok dilarang di ruang publik, untuk mencegah orang menjadi pecandu rokok. Kita, di Indonesia, sudah sangat terbiasa melihat iklan rokok, sehingga tidak lagi merasa itu salah. Apa yang di mata dunia salah, sudah kita anggap lumrah! Kedua anak Eli disebut “orang dursila” karena kelancangan yang kelewat batas. Perilaku dursila ini tidak terbentuk dalam semalam. Mula-mula mereka “hanya” mengambil sebagian daging korban yang sedang dimasak umat untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Padahal menurut aturan, daging baru boleh diambil sesudah selesai dipersembahkan. Saat itu Imam Eli tidak tegas menegur. Karena dibiarkan, lama-kelamaan keduanya makin nekat. Perbuatan anak-anak imam ini sudah jelas salah, tetapi keduanya menganggap itu lumrah. Dosa yang dibiarkan bisa membutakan hati nurani. Membuat kita berani melakukannya terang-terangan tanpa rasa bersalah lagi. Kita perlu menjaga hati dengan segala kewaspadaan dan sering introspeksi. Dari situ kita akan disadarkan jika ada yang tidak beres. Ketika dosa sudah dianggap lumrah, kita kehilangan rasa bersalah.