RH Kamis, 04 November 2010

DOA HAMPA (Lukas 6: 12-16)

Sebuah lagu lama berlirik menegur: Sering kali aku berdoa / hanya karena tak ingin dicela / Namun kini kusadar Tuhan, seharusnya ku datang / Dengan segenap rindu dari lubuk hatiku / Dengan hasrat yang tulus / karena ku cinta pada-Mu / Tak hanya memikirkan berkat yang Kauberikan / sungguh hanya karena kumengasihi-Mu Yesus.

Kalau mau jujur, kerap kali yang keluar dari mulut kita adalah doa yang "sekedar berdoa" - doa sebatas menjalankan aktivitas rutin, mengucap kata-kata hafalan tanpa penghayatan, atau sekedar menunaikan kewajiban. Doa hanya karena tak mau dicela orang lain. Bahkan, kadang-kadang juga doa yang terburu-buru. Pokoknya jika sudah berdoa, hati sudah merasa tenang sebab kewajiban sudah terlaksana. Padahal, sejatinya doa tidak seperti itu. Doa harus lebih banyak berisi tentang ungkapan hati dan kasih kepada Tuhan. Doa bukan agar dipuji orang, tetapi agar hati terarah kepada Allah. Doa bukan kewajiban, tetapi doa harus merupakan sebuah kerinduan. Jika doa hanya dilakukan karena motivasi-motivasi dangkal semacam ini, maka akan lahir doa-doa yang hampa. Namun, jika sebuah doa lahir karena kerinduan, maka itulah yang mengetuk hati Tuhan.