RH Rabu, 01 Desember 2010

TIDAK BOLEH DICERAIKAN MANUSIA (Matius 19: 1-8)

Serombongan turis Amerika yang berwisata di pedalaman Tiongkok berpapasan dengan arak-arakan meriah. Sebuah arak-arakan pernikahan; pengantin pria sedang menjemput pengantin wanita untuk menuju balai pesta. "Siapa yang wajahnya ditutup cadar tebal itu?" tanya para turis. "Pengantin wanita," sahut pemandu lagi. "Mengapa wajahnya harus ditutup?" "Di desa ini, orangtua menjodohkan anak-anaknya, dan seorang pengantin dilarang melihat calon pasangannya sampai resmi menikah," jelas si pemandu. Seorang turis penasaran: "Di negara saya, di mana setiap orang memilih jodohnya sendiri angka perceraian sangat tinggi. Di sini, pasti jauh lebih tinggi ya?" Dengan heran si pemandu menjawab: "Di sini justru hampir tak ada perceraian." "Apa rahasianya?" tanya turis itu lagi. Si pemandu terdiam lama sebelum menjawab: "Di negara Anda, orang menikah dengan orang yang mereka cintai. Di sini, nenek moyang kami mengajar bahwa kami harus mencintai orang yang kami nikahi". Betapa sederhana petuah ini, tetapi masih berguna bagi setiap pasangan pada zaman ini. Perceraian pasti menimbulkan luka yang menyakitkan bagi keduanya, terlebih bagi anak-anak. Karenanya, lebih baik berjuang untuk bersatu, memperjuangkan keutuhan dan kelanggengan pernikahan.