RH Senin, 29 November 2010

TIDAK KEHILANGAN SENYUM ( 2 Tawarikh 20: 1-18)

Di sebuah desa kecil yang setahun sebelumnya hancur karena gempa bumi, tinggal seorang ibu sebatang kara. Ibu itu terkenal karena senyumnya yang lembut kepada setiap orang yang dijumpainya. Suatu hari seorang pemuda bertanya, "Ibu selalu tersenyum, apakah Ibu tidak pernah merasa susah?" Ibu itu menjawab, "Pernah. Setahun yang lalu saya kehilangan semuanya; suami, anak-anak, cucu-cucu, dan harta benda karena gempa bumi. Saya hanya punya baju di badan, tanpa sanak keluarga dan hidup terlunta-lunta." "Lalu sejak kapan Ibu bisa kembali tersenyum?" tanya pemuda itu lagi. "Sejak saya menyadari, bahwa saya masih memiliki Allah," jawab ibu itu pula.

Mungkin sekarang kita pun tengah berhadapan dengan "orang Moab dan Amon"; kesusahan dan kemalangan yang bertubi-tubi, kegagalan dan kehilangan yang menyesakkan. Dan, kita merasa tidak sanggup lagi menghadapi semua itu. Dalam situasi demikian kita diingatkan, bahwa kita masih memiliki Allah. Allahlah, bukan kita, yang akan "berperang" menghadapi semua itu. Sehingga, seperti ibu dalam kisah tadi, kita tidak akan kehilangan senyum. Allah adalah sumber kekuatan yang teguh di tengah segala pencobaan yang terjadi.