RH Sabtu, 04 Desember 2010

DISENTIL TUHAN (Yunus 1)

Dalam acara bincang-bincang kaum dewasa muda, saya diminta menjadi narasumber bersama seorang rekan saya. Rekan saya ini sudah sangat lama melayani anak-anak jalanan secara penuh waktu. Dalam perbincangan, seorang peserta bertanya kepada kami: "Sampai kapan kalian akan tetap setia atau kapan kalian akan berhenti melakukan pelayanan ini?" Kalau mau jujur, saya tak ingin menghabiskan hidup saya untuk melayani mereka yang terpinggirkan. Pelayanan ini sangat melelahkan; secara fisik dan emosi. Jadi, saya menjawab bahwa saya akan tetap setia di jalur pendidikan anak, tanpa menspesifikasikan bentuk nyata kontribusi saya seperti apa. Berbeda dari saya, rekan senior saya tadi dengan tegas menyatakan: "Sampai sekarang saya tidak menemukan alasan untuk berhenti melayani mereka yang terpinggirkan. Pilihan hidup saya mungkin tidak terlihat berkelimpahan, tetapi saya menemukan bahwa dalam segala hal Tuhan mencukupkan. Saya tidak mau seperti Yunus, harus disentil dulu sama Tuhan untuk mau melayani. Daripada capek berlari dari panggilan Tuhan, lebih baik saya setia saja biar tidak perlu disentil. Toh, tidak ada alasan untuk berhenti." Jika kita sedang melayani di suatu bidang – bahkan yang tak dilirik orang - lakukan saja dengan setia. Tuhan ada di sana. Dia menanti orang yang mau berkarya tulus, menjadi utusan yang melakukan kehendak-Nya.