ARTIKEL

H A T I

Dewasa ini orang pada umumnya beranggapan bahwa kepala dengan otak menjadi pusat dan pengatur kegiatan manusia. Tetapi, Alkitab menyatakan bahwa hatilah pusat itu; "dari situlah (hati) terpancar kehidupan". Secara alkitabiah, hati dapat dilihat sebagai berisi seluruh pikiran, perasaan, dan kehendak seseorang

1. Hati adalah pusat intelek. Orang sadar (insaf) akan sesuatu di dalam hati mereka, berdoa dalam hati, merenungkan dalam hati, menyimpan firman Allah di dalam hati, merencanakan sesuatu di dalam hati, menyimpan kata-kata dalam hati, berpikir dalam hati, ragu dalam hati, merenungkan dalam hati, percaya dalam hati, dan menyanyi dalam hati. Semua kegiatan hati ini terutama adalah hal-hal yang menyangkut pikiran.

2. Hati adalah pusat perasaan. Alkitab berbicara tentang hati yang gembira, hati yang mengasihi, hati yang takut, hati yang berani, hati yang bertobat, hati yang khawatir, hati yang marah, hati yang hidup kembali, hati yang menderita, hati yang senang, hati yang berduka, hati yang rendah, hati yang berkobar-kobar atau bersemangat, dan hati yang susah. Semua kegiatan hati ini terutama bersifat emosional.

3. Akhirnya, hati adalah pusat kehendak manusia. Kita membaca dalam Alkitab mengenai hati yang keras yang menolak untuk melakukan perintah Allah, hati yang tunduk kepada Allah, hati yang berniat melakukan sesuatu, hati yang dengan setia mencari Tuhan, hati yang mengambil keputusan, hati yang rindu menerima dari Tuhan, hati yang terarah kepada hukum-hukum Allah, dan hati yang ingin melakukan sesuatu. Semua kegiatan ini terjadi di dalam kehendak manusia.

Sifat hati yang terpisah dari Allah
Ketika Adam dan Hawa memilih untuk menuruti godaan Iblis dan makan dari pohon pengetahuan baik dan buruk, keputusan mereka itu secara drastis mempengaruhi hati manusia -- hati itu dipenuhi kejahatan. Oleh karena itu, sekarang, menurut kesaksian Yeremia, "Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu (NIV -- tidak dapat disembuhkan lagi), siapakah yang dapat mengetahuinya?" Yesus menguatkan pengamatan Yeremia ketika Ia mengatakan bahwa yang menjadikan seorang najis di hadapan Allah bukanlah kelalaiannya dalam mematuhi hukum seremonial tertentu, melainkan kesediaan untuk mendengarkan kecenderungan-kecenderungan fasik yang tertanam di dalam hati seperti "segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan". Yesus mengajarkan betapa hebatnya dosa di dalam hati ketika Ia mengatakan bahwa dosa marah itu sama dengan pembunuhan dan dosa nafsu itu sama berdosanya dengan perzinaan lahiriah.

Hati yang menyerahkan diri untuk melakukan kejahatan menghadapi risiko akan menjadi keras. Orang yang terus-menerus menolak untuk mendengarkan Firman Allah dan menaati yang diperintahkan-Nya, dan sebagai gantinya menuruti keinginan-keinginan jahat hati mereka, akan menemukan bahwa Allah akhirnya akan mengeraskan hati mereka sehingga mereka kehilangan segala kepekaan kepada Firman-Nya dan keinginan Roh Kudus. Contoh utama tentang hal ini dalam Alkitab ialah hati Firaun dalam kitab keluaran.

Paulus melihat prinsip umum yang sama berlaku di kerajaan Roma dan menubuatkan bahwa hal itu juga akan terjadi pada masa antikristus. Penulis surat Ibrani mengisi suratnya dengan berbagai peringatan kepada orang percaya agar jangan mengeraskan hati mereka untuk suatu pembahasan tentang langkah-langkah yang menuju kekerasan hati. Setiap orang yang terus menolak firman Allah akhirnya akan memiliki hati yang keras.

Hati yang dibaharui


Jawaban Allah terhadap dosa di dalam hati manusia ialah pembaharuan yang dialami oleh semua orang yang bertobat dari dosa mereka, berbalik kepada Allah, dan secara pribadi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

1. Pembaharuan merupakan masalah hati. Mereka yang dengan sepenuh hati bertobat dari segala dosa dan mengakui dalam hati bahwa Yesus itu Tuhan (Rom 10:9) dilahirkan baru dan menerima hati yang baru dari Allah (bd. Mazm 51:12; Yeh 11:19).


2. Di dalam hati orang yang mengalami kelahiran rohani, Allah menciptakan keinginan untuk mengasihi dan menaati diri-Nya. Berkali-kali Allah menekankan kepada umat-Nya pentingnya kasih yang timbul dari hati.
Kasih dan pengabdian semacam itu kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari ketaatan kepada hukum-Nya (bd. Mazm 119:34,69,112); Yesus mengajarkan bahwa kasih kepada Allah dengan segenap hati dan kasih kepada sesama merangkum seluruh hukum Allah (Mat 22:37-40).

3. Kasih yang terbit dari hati adalah unsur penting dalam ketaatan. Terlalu sering umat Allah berusaha untuk mengganti kasih sejati dari hati dengan ketaatan kepada upacara agama yang lahiriah (seperti hari raya, persembahan, dan korban). Ketaatan lahir tanpa ada keinginan dalam hati untuk melayani Allah adalah kemunafikan dan sangat dikecam oleh Tuhan kita.

4. Banyak kegiatan rohani lainnya terjadi di dalam hati orang percaya yang dibaharui. Mereka memuji Tuhan dengan segenap hati (Mazm 9:2), merenung di dalam hati (Mazm 19:14), berseru kepada Allah dari dalam hati (Mazm 84:3), mencari Allah dengan segenap hati (Mazm 119:2,10), menyimpan firman Allah di dalam hati mengandalkan Tuhan dengan segenap hati (Ams 3:5), mengalami kasih Allah yang dicurahkan ke dalam hati mereka (Rom 5:5), dan menyanyi kepada Allah dalam hati mereka (Ef 5:19; Kol 3:16).