KHOTBAH

KEDENGKIAN
MARKUS 15:1-15


Kedengkian seringkali mengakibatkan seseorang melakukan hal-hal yang di luar akal sehat. Bahkan akibat kedengkian Yesus disalibkan. Markus 15:10 menyatakan bahwa imam-imam kepala merasa dengki terhadap Yesus. Mengapa mereka merasa dengki? Karena Yesus membubarkan orang-orang yang berjualan di halaman bait Allah dengan tujuan menyucikan bait Allah (Markus 11:15-19). Namun di lain pihak, imam-imam kepalalah yang memberikan izin untuk berjualan di bait Allah, supaya orang-orang tidak perlu kesulitan mendapatkan hewan korban bakaran. Ini berarti Yesus mengacaukan otoritas mereka atas bait Allah. Oleh karena itu mereka sangat benci kepada Yesus. Mereka menangkap Yesus dan mengajukannya kepada Pilatus untuk dihakimi. Pilatus tahu bahwa imam-imam kepala dengki kepada Yesus karena beberapa hal yang tidak masuk akal yang dilakukan mereka:

1. Mereka berdamai dengan musuh-musuhnya.
“Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya…..” Markus 15:1, dari ayat ini kita bisa tahu bahwa terjadi persatuan yang tidak wajar hanya demi menjatuhkan Yesus. Imam-imam kepala adalah orang-orang saduki yang tidak akur dengan orang farisi yaitu ahli-ahli taurat. Mereka sering berselisih paham dalam segala hal. Namun karena kebencian terhadap Yesus, mereka bisa melupakan perselisihan mereka dan punya tujuan yang sama.

2. Memakai alasan yang tidak masuk akal.
Di ayat 2, Pilatus bertanya pada Yesus apakah Ia raja orang Yahudi seperti yang dituduhkan oleh Imam-imam kepala. Yesus dituduh sebagaii pemberontak terhadap kekaisaran Roma. Yesus tidak membantah bahwa Ia raja orang Yahudi, namun bukan sebagai pemberontak seperti yang dituduhkan kepadaNya. Ia memiliki kerajaan di surga dan bukan dari dunia ini (baca Yohanes 18:34-38). Lagipula Pilatus tahu bahwa mahkamah agama yang berkumpul saat itu mendukung bergulingnya kekuasaan Roma atas mereka, sehingga Pilatus merasa heran mengapa mereka menyerahkan Yesus sebagai pemberontak.

3. Mereka lebih memilih penjahat daripada Yesus.
Orang-orang banyak berkumpul hari itu untuk membebaskan seorang terpidana di hari raya sesuai tradisi mereka selama ini. Mereka tidak tahu bahwa Yesus menjadi terhukum hari itu. Mereka dihadapkan pada dua pilihan yaitu melepas Yesus atau Barabas, seorang pemberontak. Mereka pastinya tahu hal-hal baik, mukjizat dan pengajaran yang dilakukan Yesus dan Ia tidak pernah melakukan kejahatan. Namun Imam-imam kepala menghasut orang banyak yang berkumpul saat itu untuk melepaskan Barabas daripada Yesus (ayat 11).

4. Mereka menuntut Yesus dihukum tanpa alasan.
Pilatus bertanya pada orang banyak apakah ia harus membebaskan Yesus karena ia tahu imam-imam kepala dengki terhadap Yesus (ayat 9) tetapi karena hasutan imam-imam kepala orang-orang membebaskan Barabas, sehingga ia bertanya lagi apa yang harus ia lakukan terhadap Yesus (ayat 12). Ia pikir orang-orang hanya akan menyuruhnya mencambuk Yesus dan kemudian melepasNya pergi. Namun tanpa diduganya, orang-orang meminta Yesus dihukum mati yaitu disalibkan, sampai-sampai Pilatus menegaskan bahwa Yesus tidak melakukan kejahatan yang setimpal untuk hukuman mati, “Lalu Pilatus berkata kepada mereka:”Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Salibkanlah Dia!” Markus 15:14.

Kitapun seringkali seperti imam-imam kepala tersebut. Saat kita membenci seseorang, kita bisa tahu segala keburukannya dan menggunakan mulut kita untuk menyebarkan keburukan itu atau bahkan kebohongan tentang orang itu. Kita bisa bersukacita atas kejatuhan orang yang kita benci namun berpikir negatif bila mereka mengalami kebaikan padahal kita tidak sedikitpun dirugikan karenanya. Jikalau Tuhan sampai mati disalibkan karena kebencian, apakah kita masih mau menyimpan kebencian lebih lama?

By. Ev. yakub Tri Handoko - Minggu, 30 Maret 2008