RH MINGGU, 8 Juni 2008

Bacaan setahun: Pkh. 7-9; Ef. 4
Bawalah dengan hati-hati (2Timotius 2:14-18)

Dalam sebuah penggalian di Yerusalem, Gabriel Barkay, seorang ahli arkeologi menemukan sebuah gulungan tembaga kecil dengan tulisan ayat-ayat Alkitab. Bagian dari Alkitab ini telah rapuh dan pudar termakan usia. Barkay membawanya ke laboratorium dan di sana ia memeriksanya dengan sangat perlahan dan hati-hati agar tidak merusaknya. Diperkirakan berasal dari tahun sekitar 400 sebelum Masehi, gulungan itu memuat tulisan Ibrani yang paling awal untuk Nama Allah, yaitu Yahweh (atau Yehovah). Tampaknya penulis yang menyalin naskah itu tidak berani menuliskan kata itu karena terlalu suci. Para penulis Yahudi sebelumnya pun sering merasa tidak layak untuk menuliskan kata itu, karena rasa hormat mereka akan kesucian nama Allah.

Alkitab adalah kata-kata Allah yang suci, berkuasa dan sempurna. Firman itu datang kepada kita dari hati Allah. Oleh karena itu, kita harus menjaganya dengan ketulusan hati, dengan cara "memberitakan perkataan kebenaran itu" (2Timotius 2:15). Menggunakan ayat-ayat Alkitab di luar konteksnya, hanya untuk kepentingan pribadi atau untuk membenarkan pendapat kita sendiri, merupakan tindakan yang tidak menghormati Allah dan memuliakan namaNya.