RH Kamis 18 Maret 2010

Kamis, 18 Maret 2010

Dusta (Kisah Para Rasul 5: 1-11)

Membiarkan berkembangnya sesuatu yang berpengaruh buruk adalah kesa-lah-an serius. Ibarat penyakit menular, jika di-biarkan ia akan semakin banyak me-ma-kan korban. Ibarat sel kanker, jika sudah ber-kembang hingga ke stadium lanjut, ia akan semakin sukar dilumpuhkan. Ibarat ke-biasaan buruk, jika dibiarkan sejak a-nak-anak akan menjadi watak yang buruk. Da-ya rusaknya sudah terlampau kuat untuk dihambat. Satu-satunya cara me-ng-a-tasi hanya dengan mencegah atau mem-berantasnya selagi masih dini. Gereja di zaman para rasul tentu ma-sih amat “muda”. Tugasnya adalah men-ja-di saksi kebenaran injil Yesus Kristus. Dalam pengadilan di masa itu, kebenaran se-buah kesaksian harus dikukuhkan oleh dua orang saksi. Dusta adalah dosa yang bertolak belakang dengan tu-gas menjadi saksi. Menjadi saksi harus berkata benar. Oleh sebab itu, ketika ada dua orang murid bersepakat dalam sebuah dusta, me-reka dihukum dengan amat serius untuk menjadi peringatan bagi semua orang. Se-bab seorang saksi tak mungkin berkompromi de-ngan dusta. Jika kebiasaan buruk berdusta dibiarkan, ia akan menjadi bencana di kemudian hari. Kita harus bersikap tegas terhadapnya. Tiada cara lain untuk memerangi dusta selain memangkasnya sedini dan seserius mungkin.