Ringkasan Khotbah, 7 Maret 2010

MATA
(Matius 6: 22-23)

Mata adalah panca indera yang memegang peranan penting dalam keberhasilan seseorang. Mata menentukan berhasil atau gagalnya seseorang. Hampir seumur hidup, kita melatih mata untuk melihat hal-hal yang buruk. Contoh: Waktu bangun pagi, kita membaca surat kabar dan televisi yang penuh dengan kabar-kabar yang buruk, kita melihat berita ekonomi yang kacau dan kejahatan-kejahatan yang ada di sana-sini. Tanpa sadar kita melatih mata bertahun-tahun untuk melihat hal-hal yang jahat, yang buruk dan yang mengelisahkan. Tidak heran banyak orang hidupnya gagal dan tidak bahagia karena matanya selalu melihat hal-hal yang buruk, yang jahat dan yang jelek. Penting bagi kita untuk melatih mata kita dengan benar, supaya hidup kita bahagia dan berhasil (Mzm. 109:17).

Tiga (3) cara melatih mata supaya hidup kita bahagia dan berhasil:
1. Carilah selalu bukti kehadiran Tuhan. Kalau kita bertekad untuk melihat hal-hal yang baik, maka dalam satu jam pun akan ada banyak hal yang baik yang akan kita jumpai. Jika kita terus menerus menggunakan mata untuk mencari dan melihat hal-hal yang buruk, maka hal-hal yang buruk akan selalu datang kepada kita. Yakobus menasihati, agar kita menanggapi kejadian-kejadian yang terjadi dengan hati-hati, karena cara kita memandang mempengaruhi sikap dan tindakan-tindakan kita (Yak. 1: 2). Bukan cuma di saat-saat senang, tetapi dalam segala hal.

2. Pandanglah segala sesuatu dengan cara Allah memandangnya. Daud adalah pemimpin Israel terbesar dan berkenan kepada Allah (1 Sam. 13: 14). Setiap kali bertempur selalu menang. Bagaimana ia bisa begitu? Sebab Daud adalah orang yang memandang segala sesuatu bukan seperti ia memandang, tetapi seperti Allah memandang. Saat melawan Goliat (1 Sam. 17: 24,45-47), Daud memilih memandang segala sesuatu dengan cara Allah memandang, itulah sebabnya Allah memakai Daud untuk melaksanakan rencana-rencana Allah. Daud selalu mencari hal-hal yang baik dari Saul, sekalipun Saul selalu menginginkan dan merencanakan kematian Daud karena iri (1 Sam. 24: 5-8).

3. Peliharalah sikap bersyukur, tanpa mempedulikan keadaan-keadaan kita. Sikap bersyukur tidak pernah terbentuk dengan sendirinya. Tumbuhkanlah roh yang penuh rasa syukur! Rasa bersyukur adalah suatu roh, suatu sikap dan bukan tanggapan terhadap pemberian dan karunia yang diberikan kepada kita. Pelajarilah rahasia untuk memiliki rasa syukur terhadap apa yang telah dilakukan oleh Tuhan kepada kita. Tumbuhkanlah roh itu bahkan sebelum kita menerima berkat apapun.

Melalui ketiga hal tersebut, kita dapat menjaga mata kita untuk terus melihat yang benar sehingga hidup kita bahagia dan berhasil. Amin

Pdt. Henoch Wilianto - 07 Maret 2010