RH Minggu, 21 Maret 2010

Minggu, 21 Maret 2010

Menanti Janji (Kejadian 12: 1-9)

Menantikan sebuah janji sering diiringi de-ngan munculnya rasa gelisah. Suatu kali, se-se-orang menjanjikan ban-tuan dana untuk se-buah kebutuhan pelayanan yang mendesak. Kami harus membayar sewa ru-mah pelayanan dengan be-be-rapa renovasi agar atap ru-mah tidak bocor jika hujan turun. Namun sampai menjelang waktu pembayaran, da-na tidak kunjung dibe-ri-kan. Muncul ke-ra-gu--an, apakah ia masih i-ngat janji terse-but? Tuhan menjanjikan kepada Abraham sebuah ne-geri di tanah Kanaan. Masa-lah-nya negeri itu didiami oleh bangsa Kanaan. Keraguan dan kebingungan pasti mengu-a-sai hati Abraham. Janji Tuhan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya. Namun kita tahu kemudian hari, keturunan Abraham men-ja-di bangsa yang besar, dan tanah Kanaan menjadi milik pusaka me-reka. Itu terjadi kurang lebih 400 tahun kemudian. Selama masa itu Tuhan tidak melupakan janji-Nya kepada Abraham! Dalam hidup ini, pengalaman dikecewakan oleh janji manusia ti-dak perlu membuat kita meragukan janji Tuhan. Bahkan ketika kita lu-pa, Tuhan tidak akan melupakan janji-Nya. Janji Tuhan sepasti matahari yang terbit di pagi ha-ri. Kita tidak akan kecewa jika berpegang teguh pada janji-Nya. Dia belum pernah mengecewakan dan Dia tidak akan pernah mengecewakan.