ARTIKEL

Tantangan Terbesar Abad Ini
"BERILAH MAKA KAMU DIBERI"
Tantangan terbesar abad ini bagi umat Kristiani bukan saja soal jangan berbuat dosa lagi, tetapi sesungguhnya juga adalah soal memberi. Sadar atau tidak ternyata masih banyak umat Kristiani yang masih mempertahankan prinsip imbal-balik; Kalau saya memberi maka saya harus mendapatkan sesuatu imbalan; Apakah itu berupa materi, pengakuan, kehormatan, ketenaran dll. Maka tidak jarang kita mendapati bahwa ada anggota keluarga yang lebih rela memberi kepada orang lain dari pada kepada saudaranya sendiri. Tidak heran pula bila ada seorang nyonya yang memiliki puluhan anak asuh tetapi dibalik kegiatannya itu ternyata ada saudara-saudaranya yang berkekurangan yang sama sekali tidak diperhatikannya, atau ketika menjelang hari Natal kita mendapati sejumlah rumah orang kaya tiba-tiba berubah menjadi show room parcel dan sama sekali tidak membagikannya dengan segera kepada orang-orang yang berkekurangan bahkan kepada saudaranya sendiri ketika datang berkunjung ke rumahnya. Beberapa diantaranya berdalih bahwa masih terlalu sibuk dan akan membagikannya setelah hari Natal, tetapi bukankah sukacita Natal bagi yang berkekurangan adalah ketika mereka dapat merayakannya di hari yang sama dengan mereka yang berkecukupan? Firman Tuhan menjelaskan ketidakadilan ini demikian "Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu. Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?..." (1 Korintus 6:8-9).
Ada banyak pula orang yang urung memberi, karena khawatir akan kekurangan, itulah sebabnya tidak jarang kita mendapati pengikut Kristus yang lebih suka berkata "saya mendukung dalam doa" daripada "saya mendukung dalam dana". Umat Tuhan seringkali menjadi kalang-kabut kalau sudah diperhadapkan dengan masalah dukungan dalam dana. Dan lebih menyedihkan lagi ada yang sampai berpendapat, karena firman Tuhan gratis maka harus didapatkan dengan gratis pula; Jadi hamba Tuhan akhirnya harus berdagang untuk menghidupi pelayanan dan keluarganya. Padahal Firman Tuhan Yesus jelas mengajarkan kepada kita "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kisah 20:35). Maka sangat relevan bila kita membaca kembali kisah di dalam Alkitab yaitu ketika ada seorang kaya datang kepada Yesus untuk menanyakan apalagi yang harus diperbuatnya untuk SEMPURNA di hadapan Allah, Tuhan Yesus mengatakan "Jikalau engkau hendak SEMPURNA, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Matius 19:21). Lalu bagaimana sikap orang kaya tersebut? Dia memang pergi, tetapi bukan untuk menjual harta kekayaannya dan membagikannya kepada orang miskin, tetapi Alkitab mencatat bahwa dia pergi dengan sedih. Tuntutan Tuhan Yesus tersebut memang terkesan tidak masuk akal, tetapi bagi kita yang mengenal Yesus dengan seutuhnya, pasti mudah untuk mengerti apa dasar Yesus mengatakan hal tersebut, ya, karena Dia adalah Sumber Kehidupan (Mazmur 23:1), dan bukan saja di dunia ini tetapi juga Kehidupan Kekal sesudah kita mati (Yohanes 3:16). Jadi sebagai umat Tuhan kita selayaknya tidak boleh mencari-cari alasan untuk menutupi ketidak-relaan kita dalam memberi. Janganlah membuat tuduhan juga. Firman Tuhan katakan: "Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu" (Amsal 3:28).Memberi dengan dasar ketulusan, dengan rela, memang tidak mudah, hanya orang-orang yang memiliki Kasihlah yang akan mampu memberi dengan ketulusan. Sebagai umat Kristiani bila kita masih saja mengkalkulasi untung-rugi ketika hendak memberi, maka sudah pasti Kasih belum menjadi milik kita, padahal KASIH adalah kebanggaan dan milik paling murni umat Kristiani karena konsep kasih di dalam dunia ini, datangnya dari Tuhan Yesus Kristus, misalnya dalam salah satu ajaran-Nya "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:43-44). Dan melalui Rasul Paulus juga mengatakan "Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:3). Jadi jikalau kita ingin memberi lakukan demi kebenaran Firman Tuhan : "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (II Korintus9:7).
Kini siapa yang harus memberi? Jawabnya adalah Kita semua, karena Allah sudah melayakkan kita semua. Allah telah melayakkan kita melalui janji-Nya kepada Abraham "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat." (Kejadian 12:2). engkau akan menjadi berkat, artinya akan memberi, memberi dari apa yang ada pada diri kita. Dan bila kita bertanya lagi berapa besar seharusnya pemberian itu? Jawabnya adalah tergantung Berapa Besar KASIH yang ada dalam hati kita masing-masing. Semakin besar kasih yang ada dalam hati kita maka akan semakin besar pula yang mampu kita berikan, bahkan seorang janda miskinpun kata Alkitab mampu memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya (Markus 12:43-44).
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38).