ARTIKEL

fokus

Sudah lima belas menit saya terpaku di depan komputer tanpa menuliskan banyak kalimat yang berarti. Pandangan mata saya tertuju pada kartun animasi baru microsoft assistant di sudut kanan atas monitor. Bentuknya yang lucu dan aktifitasnya yang aneh-aneh membuat saya beberapa kali melirik ke arahnya. Wujudnya berupa Merlin, si penyihir dengan jubah biru dan topi kerucut. Ia mengayun-ayunkan tongkatnya selama beberapa menit, menguap lalu tidur mendengkur. Saya mulai tertarik untuk iseng mengaktifkannya.
Saya mengetik beberapa kata di tabel search sekedar untuk melihat apa yang akan dilakukannya. Ia membuka buku sulapnya seolah mencari kata yang dimaksud lalu menampilkan menu help. Tiba-tiba saya sadar, bahwa saya sedang membuang-buang waktu untuk keisengan itu. Saya mencoba menulis lagi… tapi sebentar kemudian melirik lagi ke arahnya. Hingga akhirnya saya harus memutuskan untuk menyembunyikan tampilan si Merlin itu. Nah, kini saya baru bisa benar-benar berkonsentrasi untuk menulis!
Kehilangan fokus hampir bisa dipastikan pernah kita alami. Di tengah kita sedang mengerjakan sesuatu, kita tergoda untuk mengerjakan atau memikirkan hal yang lain. Bukan hanya anak sekolahan saja yang pernah mengalaminya saat tengah mendengarkan guru mengajar. Sudah bukan hal yang langka lagi bila ternyata banyak jemaat yang mendengarkan khotbah tanpa terfokus. Ada yang melamun, bermain ponsel, bersms, membaca warta jemaat, mengobrol, sibuk memikirkan tugas lainnya, dsb. Saat berdoa pun seringkali kita sangat sulit memfokuskan diri kepada Tuhan. Saat bekerja di kantor ada juga gangguan yang bisa membuyarkan fokus kerja kita. Saat kita tengah berusaha untuk sungguh-sungguh melakukan kehendak Tuhan, ada saja hal yang bisa membuyarkan fokus kita.
Bila kita ingin lebih terfokus, seringkali diperlukan keberanian dan tekad yang teguh untuk berani berkata “tidak” kepada hal-hal yang bisa membuyarkan fokus kita. Seperti saya harus mematikan si Merlin, begitu pula kita perlu berani langsung “mematikan” apa saja yang mulai menghalangi fokus kita. Apa yang menghalangi fokus Anda hari-hari ini? Ambillah keputusan tegas untuk segera mematikannya dan menyingkirkannya! Singkirkan dan matikan hal-hal yang membuyarkan fokus Anda.
Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka.- Amsal 4:25


PERSPEKTIF

Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera membawa anaknya bepergian ke suatu negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian, dengan maksud untuk menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin.
Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah pertanian milik keluarga yang terlihat sangat miskin. Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Bagaimana perjalanan tadi?" "Sungguh luar biasa, Pa."
"Kamu lihat kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?" tanya sang ayah. "Iya, Pa," jawabnya. "Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?" tanya ayahnya lagi.
Si anak menjawab, "Saya melihat kanyataan bahwa kita mempunyai seekor anjing sedangkan mereka memiliki empat ekor. Kita punya sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke tengah-tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai kecil yang tak terhingga panjangnya. Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri dan mereka memiliki bintang-bintang di langit untuk menerangi taman mereka.
Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan dan milik mereka seluas horison. Kita tinggal dan hidup di tanah yang sempit sedangkan mereka mempunyai tanah sejauh mata memandang. Kita memiliki pelayan yang melayani setiap kebutuhan kita tetapi mereka melayani diri mereka sendiri. Kita membeli makanan yang akan kita makan, tetapi mereka menanam sendiri. Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita dan mereka memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka."
Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian si anak menambahkan, "Terima kasih, Pa, akhirnya aku tahu betapa miskinnya diri kita."

Terlalu sering kita melupakan apa yang kita miliki dan hanya berkonsentrasi terhadap apa yang tidak kita miliki. Kadang kekurangan yang dimiliki seseorang merupakan anugerah bagi orang lain. Semua berdasar pada perspektif setiap pribadi. Pikirkanlah apa yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan atas anugerah yang telah disediakan oleh-Nya bagi kita daripada kuatir untuk meminta lebih lagi. (Anonim)