kotbah

Cara Berpikir Yang Baru

(Matius 9: 14-17)

Pada adat orang Yahudi ada hari-hari dimana mereka berpuasa. Di satu peristiwa, pada saat murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi berpuasa, murid-murid Yesus tidak berpuasa. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan dari murid-murid Yohanes. Yesus menjawab bahwa anggur yang baru tidak dapat dimasukkan pada kantong kulit yang lama, anggur yang baru haruslah dimasukkan di kantong kulit yang baru juga (ay. 17). Yang dimaksudkan dengan kantong kulit yang baru, ialah cara berpikir yang baru. Kalau seseorang mau sukses maka ia harus memiliki cara berpikir yang baru.

Ada 2 hal yang dapat kita pelajari mengenai cara berpikir yang baru, yaitu:
1. Cara berpikir yang baru ialah cara berpikir yang mau terbuka terhadap hal-hal yang baru.
Segala hal yang baru apabila dimasukkan ke paradigma yang baru maka hal itu akan berguna. Kita harus memiliki cara berpikir yang terbuka terhadap hal-hal yang baru karena saat ini dunia sudah banyak berubah dan semakin berkembang. Orang yang mau maju dan sukses dalam hidupnya harus memiliki cara berpikir yang terbuka akan perkembangan dunia ini.
2. Cara berpikir yang baru ialah cara berpikir yang diubahkan.
Cara berpikir yang diubahkan maksudnya ialah cara berpikir yang mau dibentuk menurut Firman Tuhan dan mau meletakkan kehendak Tuhan dalam pikirannya. Jangan hanya memikirkan perkara-perkara yang sementara. Tetapi kita mau memiliki pikiran yang sesuai dengan kehendak Allah dalam kehidupan kita (Rm. 12: 2). Kita dapat mengikuti teladan Yesus bahwa nama, kedudukan ataupun jabatan tidak menjadi sesuatu yang penting bagi Yesus. Bagi-Nya yang terpenting ialah hidup menurut kehendak Allah (Fil. 2: 5-7). Kalau kita mau sukses maka kita harus memiliki cara berpikir yang telah diubahkan oleh Firman Tuhan.

Kunci agar kita dapat terus maju dan sukses di dunia yang semakin berkembang ini, ialah memiliki cara berpikir yang baru. Cara berpikir yang baru ialah cara berpikir yang terbuka terhadap hal-hal yang baru dan cara berpikir yang diubahkan oleh Firman Tuhan. Amin

Pdt. Henoch Wilianto - 03 Januari 2010