RH Selasa, 13 April 2010

PERTANDINGAN IMAN (2 Timotius 4: 5-8)

Pada Olimpiade Meksiko 1968, Mamo Wolde dari Ethiopia memenangkan medali emas dalam cabang lari maraton. Ia mencatat waktu 2 jam 20 menit 27 detik. Namun, yang menjadi "bintang" justru John Stephen Akhwari dari Tanzania. Ia masuk finis sebagai pelari terakhir, 1,5 jam setelah Wolde. Ketika Akhwari masuk lapangan, medali sudah diserahkan, penonton sudah sepi. Ia berjalan tertatih-tatih dengan kaki penuh darah dan balutan. Ia sempat jatuh beberapa kali sebelum akhirnya menjejakkan kaki di garis finis. Penonton yang masih ada pun bersorak. Kepada Bud Greenspan, seorang sutradara film yang mewawancarainya, Akhwari berkata, "Saya dikirim ke sini bukan hanya untuk memulai perlombaan, tetapi juga untuk menyelesaikannya." Akhwari memang pelari terakhir di lomba tersebut. Namun, ia dicatat sebagai pelari yang menyelesaikan pertandingan hingga akhir, tidak undur atau menyerah kalah di tengah jalan. Hidup kita seumpama pertandingan iman. Kita tengah berlari menuju garis finis (baca: kematian). Ada saat kita merasa lelah dan letih, bisa karena beban hidup yang berat, sakit penyakit yang berkepanjangan, atau juga karena kegagalan dan kepahitan yang terus mendera. Dalam keadaan demikian, janganlah kita menyerah atau undur. Teruslah "berlari" dengan iman kita.