ARTIKEL

Ayah John Wesley adalah seorang pendeta dan ia menghidupi keluarganya dari gajiannya yang kecil sebagai pendeta. John Wesley melihat betapa miskin dan menderitanya keluarganya saat itu. Oleh karena hal inilah maka ketika ia memutuskan untuk terjun di dalam pelayanan, ia tidak pernah mengharapkan akan mendapatkan uang yang banyak dan menjalani kehidupan yang berkecukupan. Ternyata, ia mengalami kehidupan yang lebih baik daripada ayahnya. Ia mendapatkan kesempatan untuk mengajar di Universitas Oxford dan mulai dari situ keadaan keuangan membaik. Kedudukan yang cukup penting membuatnya mendapatkan bayaran yang lumayan banyak, yaitu 30 poundsterling per tahunnya, gaji yang yang lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya sebagai bujangan pada saat itu. Uang yang banyak, membuat John memuaskan dirinya dengan berbagai kesenangan.
JOHN WESLEYAyah John Wesley adalah seorang pendeta dan ia menghidupi keluarganya dari gajiannya yang kecil sebagai pendeta. John Wesley melihat betapa miskin dan menderitanya keluarganya saat itu. Oleh karena hal inilah maka ketika ia memutuskan untuk terjun di dalam pelayanan, ia tidak pernah mengharapkan akan mendapatkan uang yang banyak dan menjalani kehidupan yang berkecukupan. Ternyata, ia mengalami kehidupan yang lebih baik daripada ayahnya. Ia mendapatkan kesempatan untuk mengajar di Universitas Oxford dan mulai dari situ keadaan keuangan membaik. Kedudukan yang cukup penting membuatnya mendapatkan bayaran yang lumayan banyak, yaitu 30 poundsterling per tahunnya, gaji yang yang lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya sebagai bujangan pada saat itu. Uang yang banyak, membuat John memuaskan dirinya dengan berbagai kesenangan.
JOHN WESLEYTahun berikutnya, gajinya naik lagi menjadi 90 poundsterling, namun biaya hidupnya tetap 28 poundsterling dan sisanya 62 poundsterling ia berikan untuk orang-orang miskin. Selanjutnya gajinya terus naik, sehingga ia mendapatkan jumlah yang semakin banyak untuk diberikan.
John Wesley mengajarkan sesuatu yang sudah semakin sulit kita temukan sekarang, yaitu semakin besar pendapatan, semakin besar pula pemberian kita. ‘Kita sudah terbiasa dengan pola' semakin besar pendapatan, semakin tinggi taraf hidup, semakin besar pengeluaran.
John Wesley berkata, "Bagaimana mungkin saya mengoleksi barang-barang yang mahal yang tidak terlalu penting sementara banyak orang yang membutuhkan roti untuk tetap bertahan hidup?"
Renungkanlah teladan John wesley ini, kita harus bijaksana di dalam menggunakan uang dan berkat yang Tuhan berikan. Semakin bijak kita menggunakan uang, semakin besar yang Tuhan percayakan.




PENGLIHATAN YANG MENGUBAH
Dalam salah satu versi mitos kisah Raja Arthur, diceritakan raja muda itu sedang bersembunyi di atas sebuah pohon. Ia merasa gelisah menunggu tunangannya. Setelah jatuh dari pohon, ia merasa harus menjelaskan tentang dirinya kepada sang putri. Jadi, ia menceritakan kembali kisah bagaimana ia secara misterius berhasil menarik sebuah pedang dari sebongkah batu, sehingga ia diangkat menjadi raja.

"Begitulah aku menjadi raja," kata Arthur. "Aku tidak pernah bercita-cita jadi raja. Tapi sekarang aku sudah menjadi raja dan aku tidak nyaman dengan mahkota yang kupakai, sampai aku jatuh dan melihatmu. Mendadak, untuk pertama kalinya aku merasa bahwa aku menjadi raja. Aku senang menjadi raja. Dan paling mengherankan, aku ingin menjadi raja yang terbijak, paling berani, dan paling agung daripada semua raja mana pun." Hanya dengan memandang orang yang dicintainya, karakter dan tujuannya pun berubah.Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. (2 Korintus 3: 18)
Perjumpaan dengan Tuhan Yesus, Sang kekasih hati sejati kita pasti mengubah hidup kita. Seperti apa yang dialami oleh Paulus dari seorang yang begitu kejam kepada orang kristen, tetapi ketika dirinya bertemu dengan Tuhan maka hidupnya benar-benar diubahkan. Ia tidak melihat dirinya lagi sebagaimana ia dahulu melihatnya. Paulus memandang dirinya dan orang-orang yang mengalami hidup baru sebagai ciptaan Allah yang memancarkan kemuliaan Allah (2 Kor. 3:18).

Semakin kita melihat Tuhan maka kita akan menjadi pribadi yang berbeda. Kita ingin menjadi serupa dengan-Nya dan berkeinginan besar untuk menyenangkan-Nya setiap waktu. Selain Yesus, tidak ada yang lain yang dapat mengubah hidup anda secara radikal.